Sabtu, 09 Mei 2009

MY HOBY, UKM Replika Pesawat Bandung

Koleksi sebuah barang memang merupakan hobi yang menyenangkan. Apalagi hal itu bisa menghasilkan pendapatan yang cukup lumayan, dan bisa berkembang menjadi home industri atau usaha kecil menengah (UKM) yang cukup potensial untuk dikembangkan.

Seperti
halnya yang dilakukan Rudi Agus Gunawan warga Jln.Suryalaya Kota Bandung. Berawal dari hobinya mengkoleksi replika pesawat, kini ia telah berhasil mengembangkan sebuah home industri yang dapat menyerap banyak tenaga kerja. Apalagi hasil produksi dari home industri "My Hoby replika pesawat" ini, banyak diminati oleh berbagai kalangan. Baik dari kalangan kolektor lokal maupun asing. Selama ini UKM yang berlokasi di Jln.caringin belakang No.9 Kota Bandung tersebut memproduksi berbagai jenis replika pesawat. Baik untuk jenis pesawat penumpang ataupun jenis pesawat tempur. Seperti halnya pesawat penumpang boeing 737-200, Boeing 747-400 air bush, ATR 72-500, CN 235 serta pesawat tempur F-16, Sukhoi Sky Hawk, Helicopter, Hercules, Antonov serta lainnya.
Tidak hanya untuk hoby, UKM yang satu inipun memproduksi berbagai produk lainnya yang berhubungan dengan replika pesawat. Seperti halnya replika pesawat untuk hiasan meja di kantor ataupun sebagai produk cindramata perkawinan. UKM berlatar belakang hobi ini awalnya dirintis Rudi Agus Gunawan bersama Doni Budiman (adiknya) pada tahun 2005 di Jln.Suryalaya Timur No.2 Bandung. Sebelumnya mereka tidak menduga akan merintis sebuah home industri replika pesawat. Adapun perintisan UKM replika pesawat tersebut berawal ketika salah satu koleksi
replika pesawat milik Rudi agus yaitu Boeing 737-200 jatuh dan pecah. Sehingga Rudi dan Doni pun berusaha mencari orang untuk memperbaikinya. Namun demikian pada proses untuk perbaikan pesawat Boeing itu, keduanya mendapat informasi bahwa replika pesawat tersebut terbuat dari resin. Sehingga hal itu menjadi inspirasi bagi mereka berdua untuk memperbaikinya sendiri. Saat itu mereka berhasil memperbaiki pesawat Boeing tersebut hingga mirip dengan semula. Rupanya hal itupun menjadi motivasi bagi keduanya untuk membuat replika pesawat. Apalagi selama itu replika pesawat sangat sulit didapat untuk dikoleksi. Kalaupun
ada, harganya pun sangat mahal sekali. "Awalnya kita mencoba satu dulu, kemudian dikembangkan menjadi 30 unit replika pesawat," jelas Rudi.
Pada permulaan perintisan home indutri tersebut, keduanya membuat 30 unit replika pesawat dari berbagai maskapai. Sepeti halnya Garuda irlines, Merpati dan Mandala. Saat itu, keduanya sempat kebingugan dengan pemasaran. Namun demmikian mereka punmemutuskan untuk berjualan menggunakan mobil pick up dannongkrong di depan gedung bekas bioskop Artha Jln.Karapitan Bandung. Rupanya usaha mereka tidak sia-sia, respon konsumen terhadap produk mereka sangat tinggi. Apalagi repklika pesawat tersebut dijual dengan harga yang cukup murah yaitu sekitar Rp 30.000.
Pada hari pertama jualan tersebut, mereka berhasil membukukkan penjualan replika pesawat sebanyak 26 unit. Menyadari
respon yang cukup tinggi, keduanya pun memutuskan untuk lebih serius mengembangkan usaha pemubuatan replika pesawat. Sehingga pada bulan September 2005, produksipun dikembangkan menjadi 60 unit hingga 100 unit perbulannya. Begitu juga dengan pemasarannya yang terus berkembang. Namun demkian saat itu penjualan replika  pesawat dilakukan secara ritel. Seiring dengan perkembangannya, pada bulan November 2005, datang beberapa suplier dan melakukan pemesanan.
Seperti halnya suplier yang memasok ke maskapai Merpati, saat itu melakukan pemesanan replika pesawat sebanyak 40 unit. Bahkan hingga kini supplier tersebut secara rutin melakukan pemesanan dengan rata-rata permintaan sekitar 60 unit perbulan. Seiring dengan perjalanannya UKM MY Hobi replika pesawat inipun terus berkembang, sehingga pada tahun 2006, lokasinya pindah ke jalan caringin Bandung atau sekitar 50 meter dari perempatan jln.caringin-Kopo. Rupanya kepindahan lokasi pun menjadin berkah bagi My Hoby, karena usahanya kian berkembang terus.
Sejak berada
di Caringin, usaha pun berkembang tidak hanya melayani pesanan para suplier untuk maskapai penerbangan saja, tetapi usaha berkembang melalui suplier perorang dari berbagai perusahaan lain dari berbagai daerah. Seperti halnya para suplier dari Papua, Ternate, Batam, Kalimantan Timur, Sulawesi, termasuk Jakarta Surabaya dan Bandung.
Tidak hanya itu saja, usaha pun semakin
berkembang dengan banyaknya permintaan dari para supplier dari luar negeri. Seperti halnya negara arab, Singapura, Malaysia dan Swis.Bahkan hingga kini permintaan untuk negara Arab cukup tinggi yaitu sekitar 80 unit perbulan. Dimana mereka cenderung memilih replika pesawat Boeing 747-400 dengan ukuran sekitar 30 cm. Begitu juga dengan negara Singapura, Malaysia dan Swis yang cenderung memilih 3 jenis replika pesawat, yaitu Airbush, Boeing 737-400 dan 747-400.
Pengembangan UKM yang satu ini memang sangat
cepat, hal itu wajar saja karena home indutri replika pesawat ini adalah satu-satunya home industri di Jawa Barat yang memproduksi replika pesawat dengan bahan baku terbuat dari resin dan fiber glass. Bahkan saat ini, MY Hobi pun berencana untuk mengembangkan usahanya dengan membuat berbagai produk replika lain. Seperti halnya pembuatan replika kapal induk Amerika, mobil karimun serta bis. Terlebih untuk replika kapal induk Amerika, itu sudah ada permintaan dari suplier sebanyak 500 unit. Begitu juga dengan replika mobil karimun yang sudah ada pesanan sebanyak 500 unit, sementara untuk pesanan mobil bis sendiri itu mencapai 1000 unit.
Dengan tingginya permintaan terhadap produksi My hobi, tentu saja hal itu akan menambah penyerapan tenaga kerja di UKM tersebut. Saat ini saja jumlah karyawan yang bekerja disana mencapai sekitar 10 orang. Sementara tenaga lepasnya sendiri mencapai sekitar 20 orang. Bila saja UKM tersebut mendapat perhatian dari pemerintah Kota Bandung tentu saja potensi yang dimiliki akan semakin berkembang. Terutama dalam penyerapan tenaga kerjanya. "Memang pada dasarnya kita berharap ini ada perhatian dari pemerintah, terutama dalam hal pemasarannya," jelas Rudi Agus. (Agus Hermawan)**